Kata dan Sumpah
Kata dan sumpah adalah kebiasaan yang dilakukan oleh nenek moyang kita untuk pembenaran diri dan pencitraan diri. Perkataan yang disertai dengan sumpah biasa dilakukuan oleh orang-orang yang tidak menguasai diri dalam berkata-kata. Telah tertulis demikian,
“Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi.” (Ams 10:19, TB)
Kata Lain Dari Sumpah
Ada banyak perkataan lain yang sama dengan sumpah, karena bersumpah artinya mengucapkan perkataan yang mengikat diri sendiri. Kata lain dari sumpah adalah nazar atau janji. Siapa yang layak bersumpah, berjanji, dan bernazar?
Sumpah adalah pernyataan yang diucapkan secara resmi dengan bersaksi kepada Tuhan atau kepada sesuatu yang dianggap suci (untuk menguatkan kebenaran dan kesungguhannya dan sebagainya) – (KBBI)
Janji adalah ucapan yang menyatakan kesediaan dan kesanggupan untuk berbuat (seperti hendak memberi, menolong, datang, bertemu). – (KBBI)
Nazar adalah janji pada diri sendiri dengan hendak berbuat sesuatu jika maksud tercapai. – (KBBI)
Dengan demikian, baik kata ‘janji’ maupun ‘nazar’ memiliki makna ‘ikatan’ yang memiliki akibat yang setara dengan sumpah.
Akibat Dari Perkataan Sumpah
Perkataan manusia yang disertai sumpah adalah tindakan yang tidak bijaksana (bodoh), karena menepati dan tidak menepati, keduanya bisa membawa akibat buruk dan tidak tahu cara menggenapi dan membatalkannya.
Mendatangkan kutuk
Dan seorang dari rakyat berbicara, katanya: “Ayahmu telah menyuruh rakyat bersumpah dengan bersungguh-sungguh, katanya: Terkutuklah orang yang memakan sesuatu pada hari ini; sebab itu rakyat letih lesu.” Lalu kata Yonatan: “Ayahku mencelakakan negeri; coba lihat, bagaimana terangnya mataku, setelah aku merasai sedikit dari madu ini. (1Sam 14:28-29, TB)
Mendatangkan kematian
Kata Saul kepada Yonatan: “Beritahukanlah kepadaku apa yang telah kauperbuat.” Lalu Yonatan memberitahukan kepadanya, katanya: “Memang, aku telah merasai sedikit madu dengan ujung tongkat yang ada di tanganku. Aku bersedia untuk mati.” Kata Saul: “Beginilah kiranya Allah menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu. Sesungguhnya, Yonatan, engkau harus mati.” (1Sam 14:43-44 TB)
Sebaliknya, jika tidak menepati sumpah maka digolongkan dalam tindak yang menentang kehendak Allah (perilaku bodoh)
“Kalau engkau bernazar kepada Allah, janganlah menunda-nunda menepatinya, karena Ia tidak senang kepada orang-orang bodoh. Tepatilah nazarmu.” (Peng 5:4, TB)
Hanya Allah yang layak Bersumpah
Hanya Allah yang layak bersumpah, karena hanya Allah saja yang penuh kebenaran, keadilan, penuh kuasa, penuh kasih dan di dalam-Nya ada hidup.
Ketika Allah berjanji kepada Ibrahim, Ia bersumpah demi diri-Nya sendiri, sebab tidak ada sesuatu pun yang lebih besar dari diri-Nya. (Ibrani 6:13, SB)
Setiap perkataan atau firman yang berasal dari Allah, selalu disertai dengan sumpah atau janji. Sumpah atau janji-Nya itu memperhadapkan manusia kepada hidup atau mati. Jika manusia menaati perintah-Nya, maka manusia itu beroleh janji kehidupan. Sebaliknya, jika manusia itu melanggar hukum-Nya, maka manusia itu pasti mati. (lih. Kej 2:16-17)
Empat puluh tahun Aku jemu kepada angkatan itu, maka kata-Ku: “Mereka suatu bangsa yang sesat hati, dan mereka itu tidak mengenal jalan-Ku.” Sebab itu Aku bersumpah dalam murka-Ku: “Mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Ku.” (Maz 95:10-11, TB)
Perintah Lama Tentang Sumpah
Larangan
“Kamu telah mendengar perkataan yang disampaikan kepada nenek moyang kita, ‘Jangan bersumpah palsu,” (Mat 5:33a, TB)
Perintah
“melainkan bayarlah apa yang sudah kamu sumpahkan itu kepada Tuhan.” (Mat 5:33b, TB)
Perintah Baru Tentang Sumpah
Larangan
Tetapi Aku berkata kepadamu, jangan engkau bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah arasy Allah; atau demi bumi, karena bumi adalah tempat tumpuan kaki-Nya; atau demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota tempat Raja Agung tinggal; ataupun demi kepalamu, karena kamu tidak dapat memutihkan atau menghitamkan sehelai pun dari rambutmu itu. (Mat 5:3436, TB)
Perintah
Jadi, katakanlah ‘Ya’ jika ya, dan ‘Tidak’ jika memang tidak. Selebihnya dari itu berasal dari si jahat. (Mat 5:33-37 SB)
KESIMPULAN
Para pengikut Isa (Yesus) harus menjaga bibirnya dari setiap perkataan yang diucapkannya. Perkataan yang dianggap ringan oleh banyak orang dapat mengakibatkan dakwaan hukuman dalam kekekalan (Mat 5:22). Perkataan yang diucapkan karena terburu-buru dan penuh kemarahan dapat mengakibatkan hukuman atas diri sendiri. Karena itu, kita wajib menguasai diri karena firman hidup yang telah kita terima. Dalam Al-Masih, kita semua menjadi saksi dari perkataan-perkataan yang membawa kehidupan, bukan kematian. Karena itu, siapa yang menolak perkataan hidup, ia menyerahkan dirinya pada perkataan kutuk yang mematikan.
Dalam Al-Masih, kita aman, sehingga kita tidak perlu terlalu berusaha meyakinkan orang-orang dengan perkataan kita. Setiap perkataan yang kita bawa karena Injil memiliki wibawa dari surga. Karena itu, tidak perlu bersumpah, berjanji atau pun bernazar demi menggenapi apa yang saudara saksikan.
Jika saudara pernah berkata-kata yang disertai sumpah, janji, atau nazar yang mengikat dan menjerat hidup saudara, maka demi firman yang tertinggi yang saudara dengar hari ini, seluruh perkataan-perkataan itu tidak lagi berkuasa atas diri saudara. Saudara bebas karena Injil dan Ruh Allah.
Ikuti pembahasan selengkapnya dalam conference jemaah di Medan, 14 Agustus 2022, 09:30-11:30 WIB
Jika Anda membutuhkan bantuan tentang artikel dan teleconference, hubungi kami melalui email: info@proyekbankinjil.com atau WhatsApp atau segera bergabung dengan kami dalam Community BANK Injil Group.
Salam