Mengasihi Diri Sendiri

Bagaimana cara mengasihi diri Sendiri?.  Telah disabdakan demikian,

“Perintah yang terutama ialah, ‘Dengarlah hai orang Israil, Allah, Tuhan kita, adalah Tuhan Yang Maha Esa.  Kasihilah Allah, Tuhanmu, dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dengan segenap akal budimu, dan dengan segenap kekuatanmu.’  Sedangkan perintah yang kedua, ‘Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.’ Tidak ada perintah lain yang lebih utama daripada kedua perintah itu.” – Markus 12:29-30 (SB)

Banyak orang menggumulkan bagaimana cara ‘mengasihi Allah’, tetapi sangat sedikit yang mengusahakan bagaimana cara “mengasihi diri sendiri”.  Mengapa penting mengasihi diri sendiri dan bagaimana cara-Nya?

Dasar Mengasihi Diri Sendiri

Mengasihi diri sendiri tanpa kasih Allah adalah sifat yang egois dan malah berakibat pada sikap membenci orang lain.  Tetapi mengasihi diri sendiri atas dasar kasih Allah adalah sebaliknya.  Mengasihi diri sendiri adalah perintah.  Karena itu, jangan menahan kasih Allah ketika Allah hendak mencurahkan kasih-Nya itu atas dirimu.  Dengan pengertian baru itu, kita mengasihi diri sendiri supaya kasih Allah dalam kita meluap dan mengalir keluar tanpa habis-habisnya.

  1. Pertama, Allah menyatakan kasih-Nya secara pribadi bagi setiap orang.  Sifat kasih Allah itu seperti mata air yang hidup, apa bila seseorang menerimanya kasih itu meluap dan mengalir keluar dan tidak pernah habis.  (lih 1Yoh 4:16; Yoh 4:13-14).
  2. Allah memanggil seseorang dan memisahkannya dari lingkungan lamanya agar dalam dirinya muncul sifat baru yang berasal dari Allah (Kisah Nuh, Abraham, Musa, masing-masing dari 12 pengikut Isa)
  3. Allah memulai karya-Nya dalam pribadi, bukan dari diri orang lain.  Allah menghendaki perubahan itu dimulai dari Saudara, bukan dari orang lain.  Itu sebabnya dikatakan: “berubahlah berdasarkan pembaruan pikiranmu.” (Rm 12:2, SB).  Perubahan dalam diri kita masing-masing terjadi dari dalam diri karena kasih Allah yang telah mengubah hidup kita.  Itu sebabnya hidupmu yang telah ditebus dari kesia-siaan itu, dipersiapkan menjadi kesaksian kasih-Nya bagi orang lain ke seluruh bumi.  Allah tidak mau Saudara menggantungkan hidupmu kepada kasih manusia.  Hal demikian seolah-olah orang-orang yang di sekitarmu tidak mengasihimu, sehingga dirimu menjadi kering.  Tidak!  Dirimu justru diutus agar membasahi bumi dengan kasih Allah yang telah kamu terima.  Apakah dirimu sudah mengalami kasih Allah itu?

Cara

Cara mengasihi diri sendiri berdasarkan kasih Allah adalah penyerahan diri.  Meskipun sudah menerima kasih Allah, tetapi kita tidak bisa menciptakan kasih menurut keinginan manusia di sekitar kita.  Kasih manusia itu cenderung bermuara kepada kepentingan diri sendiri.  Itu sebabnya dalam kasih manusia, ia membuat aturan agar dia tidak sampai dirugikan, karena takut kehilangan miliknya.

  1. Pertama, dirimu yang penuh kasih bukan untuk dirimu lagi, melainkan untuk orang lain.
  2. Manusia yang berdosa telah kehilangan kasih.  Karena itu dia seperti padang gurun yang kehausan air dan tidak pernah terpuaskan.  Perhatikan perilaku orang yang menuntut kasih, keadilan, dan kesetiaan bagi sesamanya.  Mereka itu tidak pernah puas, meskipun mereka diberi kasih, keadilan, dan kesetiaan dari antara sesamanya.
  3. Setiap orang telah menerima kasih Allah, tidak pernah kekurangan kasih.  Kekecewaan muncul karena diri yang kehilangan kasih yang selalu kekurangan.  Ia merasa bahwa mliknya bisa dicuri oleh pencuri, dimakan oleh ngengat dan karat, atau dirampas oleh orang lain. Tetapi orang yang menerima kasih Allah tidak pernah kecewa ketika sesamanya tidak ada kasih sama sekali.  Malahan ia dengan sukacita memberikan mereka kasih tanpa keluhan, karena dari dalam dirinya ada mata air kasih.  Karena itu, jika sekarang Anda menyadari bahwa Anda belum ada kasih yang besar, maka saatnya menerima INJIL Kerajaan Allah.  Karena Injil adalah wujud nyata kasih Allah yang besar.  Tetapi jika Anda sudah menerima kasih yang besar itu, apa yang menghalangi Anda mengasihi sesama seperti dirimu yang penuh kasih?

Tujuan

  1. Tanpa ada seseorang yang menjadi pendahulu atau saksi kasih, maka tidak bisa mengharapkan bumi ini akan melihat kasih Allah.  Adam adalah manusia pertama.  Dari dialah semua manusia berasal.  Sayangnya, Adam adalah manusia yang sudah berdosa dan telah kehilangan kasih kepada Allah dan kepada sesama.  Akibatnya, seluruh keturunannya pun ikut berdosa dan kehilangan kasih.
  2. Isa Al-Masih (Yesus Kristus) Adam kedua karena Dia telah menjadi manusia.  Semua yang lahir dalam Al-Masih akan beroleh segala warisan dalam Al-Masih juga.  Al-Masih dalam keadaan-Nya sebagai manusia, ia sama seperti kita, hanya saja Dia tidak pernah kehilangan kasih.  Telah tertulis, demikian: “Lagi pula, Imam Besar kita itu bukanlah Imam Besar yang tidak dapat merasakan kelemahan kita. Dalam segala hal Ia telah dihadapkan pada cobaan, sama seperti kita, tetapi Ia tidak berbuat dosa.” – Ibr 4:15 (SB).
  3. Kita masing-masing dalam Al-Masih menerima perintah mengasihi.  Isa memberi perintah kepada para pengikut-Nya, demikian: Inilah perintah-Ku, yaitu hendaklah kamu saling mengasihi, sama seperti Aku sudah mengasihi kamu.  Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seseorang yang menyerahkan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. – Yohanes 15:12-13 (SB).
  4. Mengasihi diri sendiri bertujuan menyerahkan diri agar sesama kita mengalami kasih Allah yang sama.  Karena kasih-Nya yang besar, maka Al-Masih menyerahakan diri-Nya.  Apa pun yang dimiliki-Nya tidak ada seorang pun yang bisa mengambil dari pada-Nya.  Isa bersabda demikian: “Sang Bapa mengasihi Aku, karena Aku menyerahkan nyawa-Ku untuk mengambilnya kembali.  Tak seorang pun mengambilnya dari Aku, melainkan Aku menyerahkannya atas kehendak-Ku sendiri. Aku memiliki wewenang untuk menyerahkannya, dan juga wewenang untuk mengambilnya kembali. Perintah ini Kuterima dari Bapa-Ku.” – Yohanes 10:17-18 (SB)  Seperti apa perintah yang Saudara telah terima dari Allah dalam AM?

Selanjutnya, ikuti FORB (Forum Obrolan Renungan Baru)

Salam

Jika tulisan ini telah menjadi berkah bagi saudara, share (bagikan) kepada yang lain yang sedang menunggu berkah yang sama.

Leave a Reply

KURSUS BANK INJIL

Kursus BANK Injil