Kesempurnaan hanya ada di dalam Allah. Hukum Kesempurnaan dinyatakan dalam hukum Kasih. Kebenaran dan keadilan Allah ditentukan oleh kasih setia-Nya. Penghakiman Allah pasti benar, karena dasarnya adalah kasih-Nya yang besar dan kesetiaan-Nya yang tak ada batasnya. Oleh karena kasih-Nya yang begitu besar, maka hukuman Allah dibatalkan. Itulah rahasia dari hukum pengampunan dan bukan pembalasan. Wujud dari kasih Allah yang sempurna itu adalalah Firman Allah yang telah menjadi manusia. Karena itu, hukum yang sempurna itu adalah kasih Allah bagi manusia yang sudah bersalah.
Kegagalan Manusia Karena Dosa
Meskipun manusia sudah terpuruk dalam dosa, kesalahan, dan pelanggaran, tetapi dalam diri manusia itu tetap saja ada keinginan untuk mendapatkan kesempurnaan.
Namun keinginan manusia telah tercemar dalam dosa dan keinginan dunia. Itu sebabnya manusia tidak dapat mencapai kesempurnaan Allah, meskipun ia sangat menginginkannya. Telah tertulis demikian,
Sebab semua orang telah berdosa dan tidak dapat mencapai kemuliaan Allah. – Roma 3:23 (SB)
Akibat dosa, keinginan manusia untuk menjadi sempurna itu menjadi kesombongan. Manusia yang tetap berusaha menjadi sempurna menurut keinginannya, tinggal dalam kesombongan (kebanggaan) diri, karena mengira ia bisa berhasil.
Penggenapan dan Penyempurnaan
Penyempurnaan hukum itu hanya dapat terjadi ketika hukum itu sendiri digenapi. Jadi tidak mungkin meliris hukum baru yang lebih sempurna, jika hukum lama tidak lebih dulu digenapi dan diselesaikan.
Kamu telah mendengar perkataan, ‘Kasihilahlah temanmu dan bencilah musuhmu.’ Tetapi Aku berkata kepadamu, kasihilah mereka yang menyeterui kamu dan doakanlah orang-orang yang menganiaya kamu. (Matius 5:43-44, SB)
Hukum “membenci musuh” adalah lanjutan dari Hukum pembalasan. Musuh Allah adalah dosa, dan orang yang berbuat dosa harus mati. Itu sebabnya Allah memberi perintah kepada “manusia yang benar (tidak berdosa)” untuk membalaskan perbuatan yang salah dan membenci yang berbuat dosa. Tetapi kenyataannya, tidak ada manusia yang benar, sehingga tidak mungkin baginya melaksanakan hukum Allah itu. Tindakan demikian seperti bumerang bagi pelaksana hukum. Justru itulah maka seluruh hukuman kebencian dan pembalasan ditimpakan dalam tubuh Al-Masih, seperti disabdakan:
Al Masih yang tidak mengenal dosa telah dijadikan Allah penanggung dosa kita, supaya di dalam Dia, kita menjadi benar di hadapan Allah. – 2Kor 5:21 (SB)
Teladan Sang Bapa atas Anak-anak
- Tidak mengurangi kebaikan yang sementara bagi mereka yang berbuat jahat.
Dengan demikian, kamu bertindak sebagai anak-anak sejati dari Bapamu yang di surga, karena Ia menerbitkan matahari-Nya bukan hanya untuk orang yang baik, tetapi juga bagi orang yang jahat. Ia pun menurunkan hujan tidak hanya untuk orang yang saleh, tetapi juga bagi orang yang fasik. – Matius 5:45 (SB)
Tidak perlu mengambil (menyita) makanan, minuman, dan pakaian orang yang berbuat jahat, hanya karena bermaksud untuk menghukum kesalahannya. Tidak perlu mengurangi kebaikan dan atau berbuat jahat kepada orang yang berbuat jahat kepada saudara, hanya karena ingin agar orang itu berhenti berbuat jahat. Jangan mengadili dengan hukum material, yang sifatnya sementara, sebab Allah mengadili dalam Ruh dan sifatnya kekal.
- Tidak melakukan perbuatan pemungut cukai atau orang berdosa
Jika kamu hanya mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah pahalamu? Bukankah pemungut cukai pun melakukan hal yang sama? Demikian pula jika kamu hanya mengucapkan salam kepada saudaramu, apa istimewanya perbuatanmu itu? Bukankah orang-orang yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian? – Matius 5:46-47 (SB)
Orang-orang yang tinggal dalam dosa biasa mengasihi orang yang mengasihi mereka dan menyapa orang yang dekat dengan mereka. Jika Saudara melakukan hal yang sama, maka Allah menghitung perbuatanmu sebagai perbuatan orang berdosa. Dengan demikian, semua ibadah dan pengabdian saudara tidak ada nilainya dalam Kerajaan Allah. Jika saudara hanya mau mengasihi orang yang mengasihimu dan menyampaikan salam kepada orang yang sering menyapa dirimu, maka dalam dirimu ada kebencian kepada orang-orang tertentu. Saudara tidak hidup dalam hukum yang sempurna.
Perintah Untuk Hidup Sempurna
Sebab itu hendaklah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di surga adalah sempurna. Matius 5:48 (SB)
Tidak ada pilihan lain bagi para pengikut Isa untuk tidak hidup dalam hukum baru yang sempurna. Hanya ada dua keturunan (generasi) yang dianyatakan dalam Kitab Suci: jika bukan anak-anak Allah, maka pasti anak-anak Iblis (angkatan yang jahat, yang bengkok hatinya, generasi pemberontak, keturunan ular beludak, dst). Jika benar bahwa saudara adalah anak-anak Sang Bapa, maka saudara harus mengasihi semua orang, termasuk mereka yang membenci saudara, mendoakan mereka yang menganiaya agar beroleh hidup (pengampunan), tetap berbuat baik kepada mereka yang berbuat jahat kepadamu, dan tetap berusaha menyapa mereka yang sekalipun tidak menyampaikan salam kepada saudara.
Ikuti pembahasan selengkapnya dalam Conference Jemaah di Medan, 28 Agustus 2022, 09:30-11:30 WIB
Jika Anda membutuhkan bantuan tentang artikel ini, hubungi kami melalui email: info@proyekbankinjil.com atau WhatsApp atau Telegram atau segera bergabung dengan kami dalam Community BANK Injil Group.
Salam
Dukung Proyek BANK Injil