Percaya, Rendah Hati, dan Miskin

Ada tiga sikap yang menyenangkan hati Allah, yaitu: “percaya, rendah hati, dan miskin”.  Mengapa?

Percaya

Percaya adalah pintu berkah penghapusan segala bentuk perseteruan antara Allah dan manusia.  Allah mencari orang yang mau dan mudah percaya.  Karena percaya adalah aplikasi dari kasih kepada Allah.  Untuk mendapatkan kasih Allah yang besar, perlu respon kasih dari manusia.  Respon kasih itu adalah percaya.

Contoh dari orang yang percaya dalam Kitab Suci adalah Ibrahim (Abraham).  Abraham memiliki kelamahan dan kesalahan-kesalahan.  Tetapi karena dia percaya Allah, maka Allah tidak pernah memperhitungkan semua kelemahan dan kesalahannya itu.  Sebaliknya, Allah membenarkan Abraham karena percayanya kepada Allah.

Sama seperti tertulis tentang Ibrahim, “Ia percaya kepada Allah, dan hal itu diperhitungkan baginya sebagai kebenaran.” Ketahuilah bahwa semua orang yang beriman adalah anak-anak Ibrahim. – Gal 3:6-7 (SB)

Ketika Sang Firman yang menjadi manusia itu berkeliling di antara umat, sangat sulit bagi-Nya untu menemukan anak-anak manusia yang mau percaya dan beriman kepada Allah.  Itu sebabnya Dia bersabda,

“Apakah Allah tidak akan membela perkara orang-orang pilihan-Nya yang siang malam terus-menerus berseru kepada-Nya? Apakah Ia akan berlambat-lambat untuk menolong mereka?  Aku berkata kepadamu, Ia akan segera membela mereka. Tetapi apabila Anak Manusia datang, masihkah Ia mendapati iman di bumi?” – Luk 18:7-8 (SB)

Allah pasti menolong saudara, tetapi penghalang berkah pertolongan-Nya itu adalah ketidakpercayaan.  Apabila saudara mudah percaya kepada Allah, maka sikap percaya adalah itulah yang sagat disukai oleh Allah.  Oleh sebab itu, “Apakah Anda mau percaya Allah, meskipun pernyataan-Nya itu tidak sanggup Anda mengerti?”  Sikapa percaya, tidak dapat dipaksakan.  Percaya adalah tindakan kerelaan menerima firman Allah.  Firman-Nya itu telah datang dan Ia menawarkan pertolongan-Nya kepada Anda, demikian:

“Mari kita bereskan perkara ini. Meskipun kamu merah lembayung karena dosa-dosamu, kamu akan Kubasuh menjadi putih bersih seperti kapas. Meskipun dosa-dosamu banyak dan berat, kamu akan Kuampuni sepenuhnya. – Yesaya 1:18 (BIS)

Rendah Hati

Rendah hati, menjadikan seseorang yang terbiasa membenarkan diri, menjadi malu kepada dirinya sendiri.  Benteng penghalang dari sikap rendah hati adalah opini dan pembenaran diri.  Seseorang yang berusaha mempertahankan kebenaran dirinya, tidak mungkin baginya untuk merendahkan hati.  Tetapi ketika kesadaran baru menyentuhnya, hal itu akan menjadikan dirinya dapat mengetahui keadaannya yang sebenarnya.

Setelah ia menyadari keadaannya, berkatalah ia, ‘Orang-orang upahan di rumah ayahku diberi makan berlimpah-limpah, sedangkan aku di sini setengah mati kelaparan!  Aku akan berangkat dan pergi kepada ayahku. Aku akan berkata kepadanya: Ayah, aku sudah berdosa terhadap Allah dan juga terhadap Ayah!  Aku tidak layak lagi disebut anak Ayah. Terimalah aku sebagai seorang upahan saja, Ayah!’ – Luk 15:17-19 (SB)

Rendah hati adalah pintu lebar bagi pertobatan.  Allah menyukai sikap yang rendah hati, karena sikap rendah hati mengantar seseorang menjadi orang yang taat kepada keinginan Allah.  Daud adalah orang yang memiliki sikap yang tidak sombong seperti Yerobeam

Aku telah mengoyakkan kerajaan dari keluarga Daud dan memberikannya kepadamu, tetapi engkau tidak seperti hamba-Ku Daud yang tetap mentaati segala perintah-Ku dan mengikuti Aku dengan segenap hatinya dan hanya melakukan apa yang benar di mata-Ku. – 1Raja-raja 14:8 (TB)

Allah membenarkan Daud, bukan karena dia benar, melainkan karena sikapnya yang rendah hati sehingga ia berjuang menaati segala perintah Allah.  Sikap yang sangat dibenci oleh Allah adalah kesombongan dan sikap merasa diri benar.  Pemicu dosa yang pertama muncul di antara makhluk ciptaan Allah yang di langit (surga) adalah kesombongan (keangkuhan/kebanggan hidup). Lih. Yes 14:12-14.  Demikian juga di antara Adam dan Hawa sikap itu ditularkan sehingga mengakibatkan mereka tidak percaya Allah.

Miskin

Miskin adalah keadaan seseorang yang tidak memiliki apa-apa, baik dari segi harta kekayaan, kemampuan, dan milik yang dapat dibanggakan.

“Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.” –  Matius 5:3 (TB)

Anda tidak perlu berpura-pura miskin, tetapi Allah menghendaki Anda hanya menghargai milik yang bernilai kekal dan memelihara milik-Nya.

 

Selengkapnya, ikuti Zoom Meeting dari FORB (Forum Obrolan Renungan Baru), setiap hari Sabtu, pukul 19:00 (WIB).

Jika Saudara membutuhkan penjelasan khusus, hubungi kami melalui email: info@proyekbankinjil.com atau WhatsApp atau Telegram atau segera bergabung dengan kami dalam Community BANK Injil Group.

Salam

Join Zoom Meeting
https://us02web.zoom.us/j/84755254426?pwd=K0FZZnZWYnViUVJEcWphV2pvTVIvUT09

Meeting ID: 811 9501 1738
Passcode: FORB22

Dukung Proyek BANK Injil

Launching Proyek BANK Injil
Launching Proyek BANK Injil

Leave a Reply

KURSUS BANK INJIL

Kursus BANK Injil