MERDEKA DARI PENJAJAHAN

PERINGATAN HARI KEMERDEKAAN RI KE-77

Hari ini, Bangsa Indonesia memperingati Hari Kemerdekaanmya yang ke-77, (17 Agustus 1945 – 2022).  Kita semua bersukacita menyaksikan kegembiraan rakyat Indonesia yang menikmati kebebasan sebagai bangsa yang merdeka.

Usia Dewasa

Orang yang berusia 77 tahun, tentu saja sudah dewasa, bahkan terlihat tua dan kekuatannya berkurang dibanding pada waktu ia masih muda. Itu hal yang wajar, bukan?  Berbeda dengan sebuah bangsa.  Kita tidak mengharapkan bangsa ini semakin tua semakin habis kekuatannya dan akhirnya mati.  Bangsa yang usianya semakin tua, seharusnya semakin kuat.

Pulih Lebih Cepat Bangkit Lebih Kuat

Dari logo peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia (RI) kali ini, terdapat tulisan “PULIH LEBIH CEPAT BANGKIT LEBIH KUAT”.  Di usianya yang ke-77 tahun, muncul kesadaran pemulihan lebih cepat, karena sudah berpuluh tahun bangsa kita sakit-sakitan.  Tentu saja karena banyak penyakitnya, maka kita bukan semakin kuat, tetapi semakin lemah.

Kita bersyukur di era pemerintahan sekarang, banyak usaha yang dilakukan sebagai upaya pemulihan dari berbagai sektor.  Tetapi usaha ini tidak akan bertahan lama, jika bangsa ini hanya bergantung kepada tokoh-tokoh politik dan bukan pada Lambang dan Dasar Negara.  Hampir setiap pergantian kepemimpinan, bangsa ini terus demam, akibat munculnya para pemimpin yang menampilkan citra diri dan kelompoknya.  Rakyat terkotak-kotak dan tercerai-berai bagaikan anak-anak ayam yang kehilangan induknya.  Rakayat bisa membedakan antara para pemimpin yang mengedepankan kepentingan golongannya dengan para pemimpin yang mengedepankan kepentingan bangsanya.  Selama masa pemerintahan yang mengedepankan kepentingan golongannya, itu hampir seluruh usaha dan pembangunan di lakukan di luar Pancasila, sehingga rakyat tidak dapat menikmatinya.

Sebelum era sekarang, belum pernah terjadi kesatuan di antara para tokoh politik yang akhirnya ramai-ramai bergabung dengan lawan politiknya.  Harapannya kesatuan itu karena kepentingan bangsa dan dasar negara.  Meskipun sekarang setiap partai politik sudah mempersiapkan diri untuk pilpres tahun 2024, tetapi hendaknya pemimpin negara berikutnya bergerak bukan berdasarkan kepentingan partainya, melainkan berdasarkan Pancasila dan kepentingan nasional.

Beryukur Tetapi Jangan Puas

Meskipun kita bersyukur, tetapi pemerintah jangan puas karena keberhasilan yang sudah dicapai selama ini.  Ada hal urgen yang perlu diperhatikan, yang sifatnya mendasar, tetapi sudah lama diabaikan.  Jika hal-hal berikut ini tidak segera ditangani, maka apa yang sudah dibangun beberapa periode ini akan rusak kembali.

Persoalan Besar Bangsa

Persoalan yang paling besar yang dihadapi bangsa Indonesia adalah 5 Krisis Global yang tidak bisa dihindari bangsa mana pun.  Jika bangsa kita tidak cepat pulih dan tidak bangkit dari kelemahannya, maka kita pada akhirnya terpuruk dengan masalah internal, sehingga kita tidak mungkin sanggup menghadapi krisis dunia.

Kita perlu sehat dari dalam dan menegakkan bangsa ini di atas dasar yang kuat, yaitu Pancasila dan UUD 1945.  Berikut daftar utama yang perlu dibereskan dalam diri bangsa yang sudah dewasa dan sudah berusia 77 tahun:

Bebas Dari Sifat Penjajahan.

Kita sudah merdeka, maka semua komponen bangsa, termasuk setiap suku, agama, ras, dan setiap golongan bebas hidup untuk membangun bangsanya.  Pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia harus menyadari bahwa selama ini, penyakit yang lebih parah dari kanker di antara tubuh bangsa kita adalah

Penjajahan agama.

Jika ingin setiap rakyat menikmati kemerdekaannya, maka pemerintah harus mencabut setiap peraturan yang mengatasnamakan agama yang justru berfungi sebagai penjajah yang dapat membunuh kebebasan jiwa anak-anak bangsanya.  Di negeri ini, sudah lama agama menjadi momok bagi banyak orang.  Bisa dipastikan bahwa lama kelamaan generasi baru sekarang ini menjadi jijik terhadap aturan agama yang sifatnya menjajah kebebasan pribadi penganutnya.  Bebaskan rakyat dari penjajahan yang tersembunyi ini!  Wujudkan kebebasan beragama dan kedamaian bagi rakyatnya. agar setiap insan tidak takut menyembah Allahnya sebagaimana yang ia percayai secara mandiri.

Penjajahan politik.

Jika ingin melihat anak-anak Indonesia penuh ceria dan beryukur atas generasi yang ada sekarang ini, maka secepatnya, bebaskan negeri ini dari cara-cara yang memanfaatkan segala kesempatan untuk bermain politik.  Hampir dalam setiap sektor, baik pembangunan, pendidikan, agama, ekonomi, bahkan budaya, praktek politik yang mencari keuntungan diri dan kelompoknya, tidak dapat dihindari dari negeri ini.  Akhirnya, kekuasaan, jabatan, hukum, pendidikan, dan bahkan pelayanan publik dapat dibeli dengan uang.

Hukum Rimba menjadi hidup: siapa yang kuat, dia yang menang; siapa yang banyak uang, dia yang dapat kesempatan; siapa yang punya banyak kolega, dia yang akan jadi pejabat.  Stop praktek Hukum Rimba!  Hentikan penjajahan politik!

Penjajahan ekonomi.

Meskipun sekarang ada kemajuan ekonomi bangsa di tengah-tengah krisis, namun usaha-usaha rakyat (miskin) yang bersifat mandiri banyak yang mati, karena tidak dapat mengikuti perkembangan usaha global.  Rakyat kita banyak yang miskin, bukan karena tidak ada lahan, melainkan karena tidak mendapat pelatihan.  Kebanyakan yang ikut pelatihan hanya mereka yang dapat keberuntungan.  Tetapi rakyat pinggiran tetap terabaikan dan tidak ada yang peduli dengan keadaan mereka.  Pada hal bangsa ini memiliki sumber daya yang dapat diberdayakan.

Pemerintah perlu memperhatikan agar perusahaan besar memperhatikan rakyat yang jadi pengangguran.  Karena dunia dalam perkembangan teknologi, lama kelamaan tidak lagi memerlukan tenaga manusia.  Manusia akan lebih menghargai benda mati dari pada makhluk hidup.  Perusahaan-perusahaan besar lebih memilih tenaga mesin atau tenaga robot dari pada tenaga manusia.  Sementara jutaan rakyat miskin dari bangsa kita hidup di bawah kelayakan.  Mereka tidak tahu harus kerja bagaimana, sebab para petani dan peternak menjual hasil tani dan ternaknya lebih murah.  Sedangkan para pengusaha besar, mereka mengejar kesuksesannya.  Mereka tidak segan  mengurangi gaji karyawan atau menhentikan pekerjaan mereka karena alasan yang menguntungkan bisnisnya.

Kita sudah merdeka dan pemerintah sekarang sedang berusaha memulihkan perekonomiam bangsa ini.  Karena itu, hentikan penjajahan ekonomi!  Perhatikan sistem kontrakan kerja yang hanya menguntungkan sepihak. Sediakan pelatihan bagi para pekerja agar mereka memiliki mental pekerja yang mandiri dan tidak bekerja hanya karena diberi perintah.

Bebas Dari Ketakutan

Tidak perlu menguraikan banyak hal mengenai ketakutan.  Ketakutan muncul dalam diri seseorang, karena berusaha mempertahankan diri dari penjajahan.  Rakyat yang bebas dari ketiga penjajahan di atas, akan bebas juga dari ketakutan.  Tetapi siapa yang ada dalam lingkungan yang terjajah, hidup dengan penuh keluhan.  Mental meminta-minta, dan hidup sebagai tukang protes kebijakan tanpa tahu jalan keluar, muncul dimana-mana.  Mengapa?  Karena banyak yang belum mengalami kemerdekaan dari ketiga bentuk penjajahan di atas.  Kemerdekaan yang sejati, bukan kebebasan mengeluarkan pendapat sebagai pelampiasan kekesalan, melainkan mengeluarkan pendapat yang membangun negeri.

Bebas Dari Ketamakan

Ketamakan terjadi karena penjajahan kekuasaan politik dan ekonomi seperti yang sudah dijelaskan di atas.  Seharusnya di negeri yang merdeka tidak ada yang perlu diperebutkan, karena setiap rakyatnya dijamin akan mendapat bagiannya masing-masing.  Tetapi jika rakyat ini tetap mempraktekkan bentuk penjajahan di atas, maka rakyat pun akan menjadi tidak merasa nyaman di negeri sendiri, sehingga muncul berbagi sifat yang jahat dalam dirinya.

Membagi-bagi uang kepada rakyat bukanlah jalan keluar.  Berapa banyak uang yang bisa disediakan oleh pemerintah?  Seberapa banyakpun uang yang akan dibagi-bagikan itum tetap saja tidak akan berhatan lama.  Malahan banyak calon baru yang terlatih dalam ketamakan.  Rakyat butuh pekerjaan yang menjadi kesenangan mereka ketika mereka bangun pagi dan mereka selesaikan sebelum tidur malam.  Jika tidak, maka semakin banyak orang yang menanti-nanti bantuan, sehingga menjadi malas melakukan sesuatu.  Mereka akan hidup seperti orang dalam penjara, pada hal mereka sudah dilepaskan di alam bebas untuk hidup dengan penuh gairah dengan kemerdekaan penuh.  Kemerdekaan yang sejati, bukanlah hidup suka-suka, melainkan hidup dalam kesukaan.

Hal-hal di atas patut diperhatikan oleh setiap orang yang hidup di negeri yang merdeka, mengingat Pancasila sebagai jalan hidup berbangsa dan bernegara di Republik tercinta ini.

Bebas Dari Penjajahan Dosa

Meskipun demikian, kemerdekaan yang sesungguhnya hanya dialami oleh orang-orang yang telah dibebaskan dari penjajahan dosa.  Dosa adalah penguasa yang tidak disadari oleh orang-orang yang sudah lama tinggal dalam dosa.  Tetapi orang-orang yang sadar akan berusaha mendapatkan kemerdekaan dari dosa. Isa Al-Masih telah bersabda demikian,

“Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, siapa berbuat dosa, ia adalah hamba dosa.” (Yoh 8:34, SB)

Jika saudara membutuhkan kemerdekaan penuh, maka dapatkanlah pembebasan dari dosa dan hukumannya.  Kemerdekaan itu hanya ada di dalam Isa Al-Masih (Yesus Kristus).  Dia telah bangkit dari antara orang mati, sebagi bukti yang pasti bahwa barang siapa menerima penyelesaian dosa yang ditawarkan Allah dalam Al-Masih, ia sungguh-sungguh merdeka.

Salam,

Merdeka!

Jika Anda membutuhkan bantuan tentang artikel dan teleconference, hubungi kami melalui email: info@proyekbankinjil.com atau WhatsApp atau segera bergabung dengan kami dalam Community BANK Injil Group.

Dukung Proyek BANK Injil

Beri Dukungan

Leave a Reply

KURSUS BANK INJIL

Kursus BANK Injil