Pilihan Yang Sempurna
Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan (Matt. 25:35 ITB)
Jika mulut menyatakan ‘kata’, maka tangan dan kaki menyatakan ‘perbuatan’. Kedua hal ini (kata dan perbuatan) tidak dapat dipisahkan, karena apa yang dikatakan mulut, itu pula yang dikerjakan oleh tangan dan kaki. Itu sebabnya kadang yang ditampilkan hanya yang diucapkan mulut, tetapi hal itu pun sudah dihitung sebagai perbuatan (1Kor 12:8-11). Sama seperti apa yang didengar telinga, itu yang dipercayai dalam hati, dan itu pula yang diucapkan oleh mulut.
Kesetiaan mulut yang bersaksi harus disertai dengan ketekunan atau kerajinan memberi. Oleh sebab itu, tangan yang rajin memberi menjadi dukungan yang penuh bagi kesaksian mulut melalui berita, ajaran, nasihat, dan kepemimpinan Injil. Artinya, setiap kali ada pemberitaan oleh mulut, maka di sana juga ada pemberian oleh tangan. Demikian selanjutnya ketika ada pelatihan (ajaran, nasihat, dan kepemimpinan), pemberian yang melimpah tetap dilakukan.
Tangan yang rajin memberi adalah respon kasih terhadap ajaran Injil berupa dukungan penuh bagi pengabdian Injil berupa sambutan, penerimaan dan pelayanan untuk keperluan saudara seiman.
Respon kasih tersebut berasal dari hati dan dapat dijelaskan menurut landasan, cara dan sasaran pemberian.
Tangan Yang Rajin Memberi, memberi berdasarkan apa yang diterimanya. Karena itu, setiap pemberian yang penuh kasih dan kerelaan kepada sesama, di dasarkan pada penerimaan yang melimpah dari Allah.
Memberi tanpa menerima apa-apa dari Allah adalah pemberian yang terpaksa dan mengandung kebanggan diri. Pemberian yang terpaksa itu bisa dengan cara berutang atau mencuri. Demikian juga dengan pemberian yang mengandung kesombongan, terjadi karena mengira dirinya tidak menerima apa-apa dari Allah, sehingga ia mengira hasil pemberiannya berasal dari dirinya sendiri. Tetapi pemberian yang penuh kasih dan kerelaan didasarkan karena penerimaan yang melimpah dan tidak berkekurangan karena hal itu berasal dari Allah.
Paulus menulis kepda jemaat yang ada di Filipi, demikian:
Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu. (Flp. 4:9 TB)
Kemudian tulisan itu dilanjutkan dengan kalimat berikut:
Kini aku telah menerima semua yang perlu dari padamu, malahan lebih dari pada itu. Aku berkelimpahan, karena aku telah menerima kirimanmu dari Epafroditus, suatu persembahan yang harum, suatu korban yang disukai dan yang berkenan kepada Allah. (Flp. 4:18 TB)
Jemaat di Filipi memberi kepada Paulus, bukan karena terpaksa, melainkan karena kesadaran atas hal yang lebih besar yang telah mereka terima, yaitu Injil Kerajaan Allah.
Pemberian atas dasar penerimaan karunia Allah, dilakukan dengan cara memberi dengan setia, tertentu, dan sukarela.
Pemberian yang setia dilambangkan dengan perseluluhan. Itu sebabnya persepuluhan disejajarkan dengan keadilan, belas kasihan, dan kesetiaan. Yesus berkata,
Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan. (Mat. 23:23, TB)
Pemberian yang setia tidak hanya diukur dengan pemberian dala jumlah tetap, tetapi juga dengan waktu yang tetap.
Pada hari pertama dari tiap-tiap minggu hendaklah kamu masing-masing sesuai dengan apa yang kamu peroleh menyisihkan sesuatu dan menyimpannya di rumah. (1 Kor. 16:2 TB)
Karena itu pemberian yang setia dalam Al-Masih tidaklah terbatas pada pengertian dan praktek persepuluhan, melainkan pada persembahan tubuh yang bernilai hidup, kudus, dan layak karena penerimaan Injil. Pemberian bisa dilakukan dalam jumlah yang berbeda dan waktu yang berbeda serta tidak diberlakukan dengan paksaan sehingga tidak mengandung hukuman. Pemberian yang setia tetap harus didorong oleh kasih dan kerelaan atas dasar pemberian Allah sehingga nyata keadilan dan kebenaran Allah. Pemberian yang setia dilakukan karena proyek yang besar dan berkelanjutan.
Pemberian tertentu dilakukan karena keperluan khusus. Keadaan ini biasanya tidak tetap, hanya dalam jangka waktu tertentu, namun memerlukan biaya yang besar. Hal ini seperti yang terjadi di antara orang-orang yang baru percaya di Yerusalem (lih penjelasan tentang ‘Memberi Untuk Pelatihan Orang-Orang Percaya’).
Pemberian sukarela merupakan sumbangan ketika ada saudara-saudara yang mengalami kesulitan hidup, seperti kemiskinan, kelaparan, penganiayaan, pandemik, dan bencana alam (lih penjelasan tentang ‘Memberi Untuk Saudara-Saudara Yang Menghadapi Krisis Global’).
Sasaran Pemberian adalah pekerjaan pengabdian Injil dan saudara-saudara yang hidup dalam Injil. Sasaran tersebut dapat diholongkan dalam tiga bagian:
Orang-orang percaya, secara khusus mereka yang baru saja mengalami berita Injil, membutuhkan penerimaan dalam keluarga baru. Penerimaaan dalam keluarga baru ini adalah seumpama suasana pesta baru. Intinya adalah penyambutan dalam ajaran baru, yaitu hukum baru dari Injil dan Roh. Penyambutan tersebut membutuhkan biaya yang cukup seperti yang terjadi di antara orang-orang percaya dalam kumpulan orang percaya di Yerusalem:
Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, 45 dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. (Kis 2:44-45 TB)
Sebab tidak ada seorangpun yang berkekurangan di antara mereka; karena semua orang yang mempunyai tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil penjualan itu mereka bawa 35 dan mereka letakkan di depan kaki rasul-rasul; lalu dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya. 36 Demikian pula dengan Yusuf, yang oleh rasul-rasul disebut Barnabas, artinya anak penghiburan, seorang Lewi dari Siprus. 37 Ia menjual ladang, miliknya, lalu membawa uangnya itu dan meletakkannya di depan kaki rasul-rasul. (Kis 4:34-37 TB)
Pekerjaan pengabdian Injil bukan hanya berfokus pada pengajaran (pelatihan dan perlengkapan) bagi orang-orang yang sudah percaya, tetapi juga bagi mereka yang belum mendengar berita Injil. Pekerjaan ini membutuhkan orang-orang yang dikhususkan untuk pergi sebagai utusan. Meskipun semua orang percaya tetap bekerja sebagai saksi Injil, tetapi Allah tetap mengkhususkan orang-orang tertentu untuk pergi ke tempat-temapt baru yang membutuhkan berita Injil dan para utusan khusus itu membutuhkan rekan-rekan yang bisa membantu dan menyertai mereka. Pekerjaan pengutusan ini memerlukan biaya yang cukup, misalnya:
Tidak lama sesudah itu Yesus berjalan berkeliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa memberitakan Injil Kerajaan Allah. Kedua belas murid-Nya bersama-sama dengan Dia, 2 dan juga beberapa orang perempuan yang telah disembuhkan dari roh-roh jahat atau berbagai penyakit, yaitu Maria yang disebut Magdalena, yang telah dibebaskan dari tujuh roh jahat, 3 Yohana isteri Khuza bendahara Herodes, Susana dan banyak perempuan lain. Perempuan-perempuan ini melayani rombongan itu dengan kekayaan mereka. (Luk. 8:1-3, TB)
Dan jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. 7 Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah. (Luk. 10:6-7, TB; 9:3-4)
Krisis Dunia yang umum adalah kelarapan dan kemiskinan. Tetapi kedua hal ini dapat diakibatkan karena peperangan, penganiayaan, pandemik, dan bencana alam.
Pada waktu itu datanglah beberapa nabi dari Yerusalem ke Antiokhia. 28 Seorang dari mereka yang bernama Agabus bangkit dan oleh kuasa Roh ia mengatakan, bahwa seluruh dunia akan ditimpa bahaya kelaparan yang besar. Hal itu terjadi juga pada zaman Klaudius. 29 Lalu murid-murid memutuskan untuk mengumpulkan suatu sumbangan, sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing dan mengirimkannya kepada saudara-saudara yang diam di Yudea. 30 Hal itu mereka lakukan juga dan mereka mengirimkannya kepada penatua-penatua dengan perantaraan Barnabas dan Saulus. (Kis 11:27-30 TB)
Kita tidak boleh menutup mata kepada saudara-saudara kita yang tinggal dalam kemiskinan. Pertolongan ini perlu dilakukan dengan kesungguhan.
Sebab Makedonia dan Akhaya telah mengambil keputusan untuk menyumbangkan sesuatu kepada orang-orang miskin di antara orang-orang kudus di Yerusalem. 27 Keputusan itu memang telah mereka ambil, tetapi itu adalah kewajiban mereka. Sebab, jika bangsa-bangsa lain telah beroleh bagian dalam harta rohani orang Yahudi, maka wajiblah juga bangsa-bangsa lain itu melayani orang Yahudi dengan harta duniawi mereka. (Rm. 15:26-27 TB)
Para rasul sangat memperhatikan mereka yang ada dalam kemiskinan.
Dan setelah melihat kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, maka Yakobus, Kefas dan Yohanes, yang dipandang sebagai sokoguru jemaat, berjabat tangan dengan aku dan dengan Barnabas sebagai tanda persekutuan, supaya kami pergi kepada orang-orang yang tidak bersunat dan mereka kepada orang-orang yang bersunat; 10 hanya kami harus tetap mengingat orang-orang miskin dan memang itulah yang sungguh-sungguh kuusahakan melakukannya. (Gal. 2:9-10 TB; lih LB. Ul 15:11; Mat 26:11)
Sebagai hasil dari tangan yang rajin memberi untuk dukungan bagi pengabdian Injil adalah:
Ada 3000 orang yang baru percaya dari berbagai tempat (KPR 2:41), kemudian menjadi 5000 orang (KPR 4:4), kemudian apa yang terjadi pada KPR 6:7?
Tahukah saudara bahwa orang-orang yang baru percaya itu bukan sekedar menerima berita Injil dan dibaptis, tetapi mereka dilatih oleh para rasul (KPR 2:42)? Pengajaran dalam jemaat sebenarnya dilakukan dalam bentuk “ajar melakukan’ (pelatihan) sehingga memerlukan biaya. Tetapi biaya itu sebenarnya Allah sudah sediakan melalui orang-orang yang sudah dan baru percaya itu. Pengabdian harta dalam jemaat dilakukan untuk kepentingan pelatihan dan pemberitaan Injil. Semua itu dimaksud untuk perluasan kerajaan Allah sehingga Injil semakin banyak diberitakan dan semakin banyak jemaat yang terbentuk melalui orang-orag percaya yang berkomitmen dan dilatih sesuai Amanat Agung.
Tahukah saudara bahwa pelatihan di Yerusalem itu sebenarnya berlangsung lama hingga akhirnya terjadi penganiayaan dalam pasal 6:9 sampai pasal 8? Jadi apa yang harus kita lakukan ketika Proyek BANK Injil itu sedang terjadi di antara kita?
Ada banyak hal yang berhubungan dengan Tangan Yang Rajin Memberi, seperti memberi tumpangan, mengirim orang yang menyertai utusan, memberi bekal. Perhatikan perumpamaan berikut:
35 Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; 36 ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. 37 Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? 38 Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? 39 Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? 40 Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. (Mat 25:35-40; bd. 25:41-46; lih juga Mat. 10:40-42)
‘Memberi tumpangan’ adalah bentuk sambutan kepada berita dan kepada pembawa berita. Pintu rumah yang terbuka kepada berita dan para pembawa berita Injil dinyatakan dengan respon pelayanan memberi tumpangan (Mat. 10:11; Mrk. 6:10). Ciri para penerima damai dimulai dengan memberi tumpangan kepada para pembawa berita Injil (lih Kisah Lidia dalam Kis 16:15; Simon penyamak kulit dalam Kis 10:6; Manason dalm Kis 21:16). Demikian selanjutnya orang-orang yang seperti itu hidup dengan kemurahan memberi tumpangan. Bahkan memberi tumpangan menjadi ciri dari para abdi yang dapat dipercaya (1 Tim. 3:2; 5:10; Tit. 1:8; lih teladan Petrus yang menerima Paulus di rumahnya dalam Gal 1:18). Oleh sebab itu, setiap bentuk sambutan terhadap Injil sangat dihargai dalam pengabdian Injil (Ibr 6:10; 13:2; Ams 19:17).
Bagaimana pengalaman Saudara memberi dan menerima tumpangan?
Tangan yang rajin memberi dilakukan di atas landasan penerimaan pemberian (karunia/anugerah) Allah. Itu sebabnya pemberian itu dilakukan dengan cara yang penuh kerelaan, setia, dan dengan tujuan kelancaran pengabdian Injil.
You must be logged in to post a comment.
Salam pak one dan semua saudara.
Bersukacita saat membaca bahan ajar ini, dasar memberi sesuai Ajaran Injil adalah Kasih. Dan sangat berbeda dgn apa yg saya alami sebelumnya di luar injil. Setelah mengalami Injil dan Ruh Allah saat skg mau memberi, dasar cara dan tujuan sudah saya mengerti dan pahami.
Terimakasih kasih pak One bagaimana cara memberi yg ALLAH kehendaki bahwa dgn tulus dan ikhlas rela tidak karena peraturan manusia melainkan kesadaran karya ROH ALLAH utk memberikan bagi pekerja para abdi AL -MASIH dan saudara yg membutuhkan pertolongan sangat meneguhkan dan mjd renungan baru buat kita bersama salam 🙏🤝