Pilihan Yang Sempurna
Sabda Isa/Yesus,
“Orang yang sudah siap membajak tetapi terus saja menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.” (Luk 9:62, SB)
Semula manusia diciptakan oleh Allah dalam kesatuan dengan diri-Nya. Telah tertulis demikian,
Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. (Kej 1:27, TB)
Tidak lama kemudian, manusia itu terpisah dengan Allah akibat dosa. Dosa adalah ketidakpercayaan kepada firman Allah yang berakhir pada tindakan pelanggaran terhadap perintah-Nya.
Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: “Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, 17 tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.” (Kej 2:16-17, TB)
Akibat pelanggaran manusia pertama, maka seluruh dunia telah berbuat dosa. Dosa menghasilkan kematian atau maut. (Roma 3:23; 5:12; 6:23). Oleh sebab itu pengertian yang tepat untuk kata ‘pemisahan’ di sini adalah ‘mati’.
Oleh sebab itu, jika dosa telah membuat kita terpisah dari Allah, maka apa yang membuat kita bisa kembali bersatu dengan Allah? Tentu saja agar kita bisa bersatu dengan Allah, kita harus terpisah dari dosa.
Telah tertulis demikian,
“Sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa.” (Rom 6:7, TB)
Tidak ada satu orang pun yang menginginkan kematian, karena kematian adalah perpisahan selamanya. Tetapi kematian yang harus dialami oleh orang-orang saleh adalah kematian bagi dosa, yaitu pemisahan selamanya dari dosa. Hanya orang yang mati yang bebas dari segala tuntutan hukum atas segala kesalahan yang dilakukannya selama hidup. Karena itu, hanya orang yang telah mati bagi dosa yang bebas dari hukuman Allah.
Kita telah menerima pembebasan diri kita dari dosa melalui anugerah Allah dalam Isa Al-Masih (Yesus Kristus), yaitu Injil. Oleh sebab itu, kita pun harus mati (terpisah selamanya) dari dosa.
Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya? (Roma 6:1-2, TB; lih juga 1Yoh 3:9)
Kita tidak boleh bertekun (tinggal) dalam dosa lagi, karena kita sudah dipisahkan dari dosa itu. Sekali lagi, pemisahan itu bernilai kekal, bukan sementara. Tujuan pemisahan tersebut adalah supaya kita dapat bersatu dengan Allah selamanya dalam Al-Masih (Kristus). Pemisahan (kematian) bagi dosa menjadi langkah pasti agar bersatu (hidup) dalam hidup yang baru. Itu sebabnya dituliskan,
Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus. 12 Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya. 13 Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran. (Roma 6:11-13, TB)
Kita tidak bisa hidup sekaligus dalam dosa dan dalam Al-Masih. Dosa itu gelap, sedangkan Al-Masih itu terang. Demikian pula kita tidak bisa hidup bersatu dalam Al-Masih, jika kita masih hidup dalam kejahatan dan kegelapan. Telah tertulis demikian,
Dan inilah berita, yang telah kami dengar dari Dia, dan yang kami sampaikan kepada kamu: Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan. 6 Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran. 7 Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa. (1Yoh 1:5-7, TB)
Telah disabdakan demikian,
Kata-Nya kepada mereka semua: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. 24 Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya. 25 Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri? (Lukas 9:23-25, TB)
Sama seperti kita tidak mungkin hidup dalam terang dan sekaligus dalam kegelapan, demikian pula kita tidak bisa menampilkan Kristus dan sekaligus menampilkan diri sendiri. Penampilan kita itu adalah kesaksian yang dapat didengar, dilihat, dan diceritakan oleh orang lain. Banyak orang yang berusaha meyakinkan orang di sekitarnya dengan kata-kata, tetapi kesaksian mereka tidak utuh, karena di satu sisi mereka mengutip perkataan-perkataan Allah, tetapi diwaktu yang sama mereka mengucapkan perkataan-perkataan dari diri mereka sendiri. Setiap perkataan kita menampilkan isi hati kita dan juga perbuatan-perbuatan kita.
Oleh sebab itu, untuk dapat mengalami pemisahan dari diri sendiri, perlu penyangkalan diri. Penyangkalan diri adalah tindakan memisahkan diri dari perbuatan-perbuatan yang dihasilkan oleh keinginan tubuh (daging) agar hidup dalam perbuatan-perbuatan baru oleh keinginan Ruh Allah. Diri sendiri itu adalah manusia lama, sedangkan Al-Masih (Kristus) yang hidup dalam diri kita itu adalah manusia baru. Kita tidak mungkin rela menderita bagi Injil jika kita masih berusaha menampilkan keadaan diri kita yang lemah: mudah tersinggung, ingin dihargai, merasa selalu kurang, sibuk dengan dunianya masing-masing, membonceng kepentingan di luar Injil, ingin diperhatikan, dan berbagai hal yang mencari keuntungan diri sendiri.
Demikianlah Junjungan kita yang Ilahi telah mengajarkan kita semua,
Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, 27 dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; 28 sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” (Mat 20:26-28, TB)
Karena kita telah mati bagi dosa, maka mati bagi diri (=menyangkal diri, mematikan segala keinginan tubuh) adalah perjuangan yang nyata dalam diri setiap pengikut Al-Masih. Setiap kita yang sudah ada dalam Al-Masih tidak lagi dapat membenarkan diri dan apa pun yang kita lakukan yang tidak menurut keinginan Ruh. Kita harus berjuang menolak semua keinginan dunia itu dan berusaha merenungkan serta menyaksikan kehendak Allah dalam segala kata dan perbuatan.
Telah tertulis demikian,
Demikian pula setiap orang di antaramu yang tidak meninggalkan segala miliknya, ia tidak dapat menjadi pengikut-Ku. (Lukas 14:33, SB)
Al-Masih, Sang Anak yang datang dari Allah dalam tubuh Isa, memiliki segala sesuatu dalam rumah Sang Bapa di surga. Tetapi Dia tidak mungkin melakukan kehendak Sang Bapa di bumi, jika tidak mengosongkan diri-Nya (meninggalkan segala sesuatu) sehingga menjadi sama dengan manusia. Itu sebabnya barangsiapa yang menerima panggilan menjadi pengikut Isa Al-Masih (Yesus Kristus), harus hidup sama seperti Dia. Kitab Suci Injil mengajarkan:
Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, 6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, 7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. (Filipi 2:5-7, TB)
Al-Masih meninggalkan segala sesuatu yang ada di surga demi kita yang hidup di bumi yang penuh dosa. Tentu jika kita menyadari maksud panggilan Al-Masih, kita tidak mungkin keberatan meninggalkan segala sesuatu untuk mengikut Dia, sebab yang kita tinggalkan adalah sesuatu yang hina, tidak bernilai, dan pasti binasa. Lagi pula, kita tidak mungkin menyandingkan milik manusia lama kita dalam dosa dengan milik manusia baru kita dalam Al-Masih. Melepaskan diri dari segala milik dilakukan dengan cara terus berjalan memandang kepada hal-hal yang akan datang. Kita tidak boleh menoleh ke belakang, sebab risiko mengingat dan merindukan masa lalu (hidup lama) bisa berakibat fatal, seperti halnya peristiwa yang menimpa diri istri Lot (Kej 19:26) atau kelompoknya Korah, Datan, dan Abiram (Bil 16:27-33). Itu sebabnyam Junjungan kita Yang Ilahi berpesan:
“Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.” (Luk 9:62 TB)
Tidak ada satu orang pun yang dapat terus memandang ke depan sambil menoleh ke belakang. Sama seperti kita tidak mungkin memiliki dua tuan, demikian juga kita tidak dapat memiliki dua pengharapan serta dua arah kepemimpinan. Siapa yang sudah memutuskan ikut Isa, berjalan dengan pandangan ke depan, pantang mengingat, membangkitkan, apa lagi menginginkan hal-hal yang sudah berlalu.
Pemisahan demi kesatuan baru hanya diperoleh dengan cara:
You must be logged in to post a comment.
Karena karena begitu besar kasih ALLAH kepada umat -NYA supaya siapa yg mau mendengar menerima percaya penuh kpd AL -MASIH yg sudah rela mati bangkit hidup dia lah yg menerima bebas dari dosa dan memiliki hidup yg baru kekal sampai akhir
Saya sangat bersukacita telah mengalami MATI BAGI DOSA HIDUP BAGI KRISTUS, dan terpisah dari dosa, diri, milik tedak lagi menoleh ke belakang karena saya telah dgn kuasa Roh ALLAH yg menerangi setiap INGATKAN PENGLIHATAN PERKIRAAN saya yg menjadi renungan baru bagi ku sangat bersukacita hidup di dalam kasih AL -MASIH yg hidup 🙏
Sy diberkahi bahwa dari semula kesatuan dengan Allah adalah kehendak Dia ketika manusia diciptakanNya se gambar denganNya (dalam kesatuan Ruh) akan tetapi karena pemberontakan oleh pemenuhan keinginan manusia (bersatu dengan Iblis = pemberontak) maka tdk mungkin Ruh Allah ada disana, bersyukur karena Allah menetapkan Jalan penyatuan dalam diri Isa AM, karunia Iman kepada Injil yg sy terima di tahun 2011 menjadi pemisahan sy dari dosa, Ruh Allah menolong menerangi hati sy akan kehendak Allah dan membawa kesatuan dengan Allah didalam Isa AM.
Saya bersyukur kepada Allah karena oleh penginsafan Roh Kududs, saya menerima dan mengalami Injil. Kemudian pada masa transisi saya merelakan diri untuk dipermandikan, tetap tinggal dalam BANK INJIL. Mengalami pemisahan dari dosa/kegelapan yaitu dosa dan bersatu dengan terang yaitu Isa AM { Injil )
Bersyukur dapat mengalami lebih dalam Ajaran Injil Kerajaan-Nya. Menjadikan mengalami kekuatan besar dalam Almasih menjadikan terpisah dari semua yang sementara, atau yang tidak kekal, masuk ke dalam kesatuan hubungan baru Ajaran kekal amin.
Terima kasih atas Ajaran Injil yg sdh di bagikan lewat bahan Ajar 5, utk mengikut Kristus/Isa harus rela mati bagi dosa(hidup bagi Kristus), menyangkal diri(menampilkan Kristus), dan meninggalkan segala milik(mewarisi milik Kristus).
Karena berita dan ajaran Injil, saya mati bagi dosa dan hidup bagi Kristus, saya menyangkal diri bukan aku lagi yang hidup melainkan Kristus yang hidup didalam aku. Rela meninggalkan segala sesuatu, untuk mewarisi milik Kristus. Hanya Kristus yang dimuliakan.