HARTA, MATA, DAN TUAN
CARA IBADAH YANG SEMPURNA MENURUT HUKUM INJIL DAN ROH
Sebelumnya kita telah menyelikidiki USAHA MENGUMPULKAN HARTA DI SORGA. Sekarang kita lanjutkan bagaimana cara agar harta yang diperoleh itu menjadi jaminan atas kelanjutan hidup masa depan bagi pemiliknya. Karena itu, kita mulai dengan pengenalan hubungan antara HARTA, MATA, TUAN.
Harta Milik Yang Bernilai
Pernahkah saudara mendengar pernyataan: “Keluarga adalah harta yang berharga”? Apakah saudara melihat pemberian Allah yang sementara dan yang kekal? Harta mana yang anda pertahankan. Harta adalah sesuatu yang diperoleh karena usaha atau karena pemberian. Harta itulah yang menjadi hak milik dan kebanggan dari pemiliknya. Harta milik dianggap sebagai penentu dari nilai atas pengharapan masa depan.
“Janganlah kamu menyimpan bagi dirimu harta di bumi, di mana ngengat dan karat dapat merusaknya, dan pencuri dapat membongkar serta mencurinya. 20 Tetapi simpanlah bagi dirimu harta di surga, karena ngengat dan karat tidak dapat merusaknya, dan pencuri pun tidak dapat membongkar serta mencurinya. 21 Karena di mana hartamu berada, di situlah juga hatimu.” (Mat 6:19-21, SB)
Harta yang benar tidak pernah membuat kita khawatir, karena harta yang sejati itu justru memelihara diri saudara.
Mata Hati Yang Memberi Nilai
Mata adalah penglihatan yang menentukan nilai milik. Mata menentukan cara pandang dan arah perjuangan untuk memperoleh harta milik. Mata adalah lambang hati yang menyatakan keyakinan yang menghasilkan iman, kasih, dan pengarapan.
Mata adalah pelita tubuh. Sebab itu jika matamu baik, maka teranglah seluruh tubuhmu. 23 Tetapi jika matamu jahat, maka gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi, jika terang yang ada padamu menjadi gelap, betapa gelapnya kegelapan itu. (Mat 6:22-23, SB)
Harta Adalah Tuan Yang Menguasai Hati
Tuan adalah Pemimpin, penguasa, dan pemilik. Harta menjadi penguasa atas pengusaha karena kepadanyalah digantungkan seluruh cita-cita (visi, penglihatan). Pada akhirnya, manusia menjadi hamba kepada harta yang dipertuannya.
“Tidak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan, karena ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan mengabaikan yang lain. Oleh sebab itu, kamu tidak dapat sekaligus mengabdi kepada Allah dan kepada harta duniawi.” (Mat 6:24-25, SB)
Selengkapnya, ikuti PIPA (Pertemuan Ibadah Para Abdi), setiap Minggu, pukul 09:00 WIB.