INI AKU UTUSLAH AKU

Bacaan Alkitab: Yesaya 6:1-8

“Kemudian aku mendengar suara Tuhan berkata: ‘Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?’ Maka sahutku: ‘Ini aku, utuslah aku!'” – Yesaya 6:8

Pengantar

Dalam sebuah pengalaman yang mengubahkan hidup, nabi Yesaya mendapat penglihatan yang luar biasa tentang kemuliaan Allah. Ia melihat Tuhan duduk di atas takhta-Nya yang tinggi dan menjulang, sementara para serafim berseru, “Kudus, kudus, kudus TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!” (Yesaya 6:3)
Perjumpaan ini membuat Yesaya sadar akan dirinya yang berdosa dan tidak layak di hadapan Allah yang kudus. Namun, Allah dalam kasih karunia-Nya memurnikan Yesaya, menghapus kesalahannya, dan menghapuskan dosanya (Yesaya 6:7).

Setelah mengalami perjumpaan dan pemurnian ini, Yesaya mendengar suara Tuhan yang mencari seorang utusan. Tanpa ragu, ia menjawab, “Ini aku, utuslah aku!”

Situasi Waktu Dipanggil

Yesaya 6:1-3.  Ayat pertama mengatakan: “Pada tahun mati raja Uzia, aku melihat Tuhan duduk di atas takhta-Nya yang tinggi dan megah, dan ujung jubah-Nya memenuhi bait suci.”

Yesaya berada di tengah ketidakpastian dan kesedihan. Raja Uzia telah meninggal, dan bangsa itu sedang menghadapi masa yang sulit. Namun, dalam kegelapan itu, Yesaya mendapatkan penglihatan yang luar biasa—ia melihat Tuhan dalam kemuliaan-Nya, duduk di atas takhta yang tinggi. Bayangkan suasana megah dan kudus ini! Para serafim di sekeliling-Nya berseru, “Kudus, kudus, kuduslah Tuhan semesta alam; seluruh bumi penuh dengan kemuliaan-Nya!”

Makna pertunjukan Kemuliaan Tuhan: Kemuliaan Tuhan tidak hanya menampilkan kebesaran-Nya, tetapi juga mengingatkan kita akan sifat-Nya yang kudus. Ketika kita melihat Tuhan dalam kemuliaan-Nya, kita juga melihat diri kita yang sebenarnya—betapa kita terbatas dan penuh dosa. Apakah Anda pernah berpengalaman menyadari posisi Anda di hadapan Tuhan yang Maha Suci dan Tinggi?

Dampak Ketika Dipanggil

Ayat 4-5: Respon Yesaya Setelah melihat kemuliaan Tuhan, Yesaya merasakan dampak dari penglihatan itu: “Dan seru itu membuat ambang pintu bergetar, dan rumah itu penuh dengan asap. Maka aku berkata: ‘Celakalah aku, sebab aku binasa! Sebab aku seorang yang najis bibir dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir.’”

Yesaya merasa tidak layak dan tertegun dengan kehadiran Tuhan yang kudus. Pertanyaan yang muncul: Apakah Anda merasakan hal yang sama ketika berhadapan dengan Allah yang kudus? Apakah waktu itu Anda menyadari betapa Anda membutuhkan pengampunan-Nya?  Goncangan jiwa yang hebat terjadi ketika Allah menyatakan panggilan-Nya kepada seseorang.

Penerimaan Dan Pengampunan Saat Dipanggil

Ayat 6-7:  Tuhan tidak membiarkan Anda terpuruk dalam perasaan tidak berdaya. Di ayat 6, kita melihat bagaimana Tuhan mengutus serafim untuk membersihkan mulut Yesaya dengan arang dari mezbah. “Sesungguhnya, ini telah menyentuh bibirmu, dan dosa mu telah diambil, dan engkau telah diampuni.”

Inilah inti dari Injil! Ketika kita mengakui ketidakcukupan kita (tidak dapat mencapai kemuliaan Allah, Roma 3:23) dan menghadap Tuhan dengan kerendahan hati, Dia datang untuk mengampuni dan memulihkan kita. Melalui Yesus Kristus, kita mendapatkan pengampunan yang sempurna—tidak ada yang terlewat.  Apakah Anda mengalami penerimaan Allah ketika Dia memanggilmu?

Amanah Waktu Dipanggil

Ayat 8: Menjawab Panggilan Setelah mengalami pengampunan dan penerimaan, Yesaya mendengar suara Tuhan, “Siapa yang akan Aku utus? Siapa yang mau pergi untuk Aku?” Dan Yesaya menjawab, “Ini aku, utuslah aku!”

Saudara, inilah panggilan kita! Setelah menerima kasih karunia dan pengampunan Tuhan, kita dipanggil untuk menjawab panggilan-Nya. Yesus berkata kepada mereka yang dipanggil-Nya: “Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” (Markus 1:17)

Apa respon saudara ketika Yesus memanggilmu untuk mengikut Dia?  Sekali Anda menerima panggilan-Nya, Anda pun melepaskan tujuan hidup lama dan sekarang Anda hanya mengikuti visi Kristus.

Respon Yesaya menunjukkan:

  • Kerelaan: Yesaya tidak menunggu atau mencari alasan. Ia segera menawarkan diri.
  • Kerendahan hati: Setelah mengalami pemurnian, Yesaya sadar bahwa ia hanya bisa melayani karena anugerah Allah.
  • Ketaatan: Yesaya bersedia pergi bahkan sebelum mengetahui tugas spesifiknya.  Dalam ketaatan, ia disertai semangat baru yang tidak lagi berasal dari dirinya, melainkan dari Roh Allah yang memenuhi hati  yang sedang menerima panggilan Allah.

Nyanyian Baru: INI AKU, UTUSLAH AKU
(Yesaya 6:1-8)

[Verse 1:]
Kulihat takhta yang tinggi
Kemuliaan memenuhi ruang
Makhluk surgawi mengelilingi
Sayap mereka terbentang

[Chorus:]
Kudus, kudus, kuduslah
Allah semesta alam
Seluruh bumi penuh
Dengan kemuliaan-Nya

[Verse 2:]
Gemetar aku tak layak
Di hadapan-Mu yang suci
Namun kasih-Mu menyentuh
Api-Mu membersihkan diriku

[Bridge:]
Kudengar suara-Mu memanggil
“Siapa yang akan Kuutus?”
“Siapa yang mau pergi untuk Aku?”
Aku pun menjawab
“Ini aku, utuslah aku!”

[Verse 3:]
Kini ku berdiri teguh
Diutus oleh kuasa-Mu
Membawa kabar sukacita
Kemuliaan nama-Mu

[Outro:]
Seluruh bumi penuh
Dengan kemuliaan-Mu…
Kemuliaan bagi Sang Bapa…

 Selengkapnya, ikuti PIPA (Pertemuan Ibadah Para Abdi), setiap Minggu pagi pukul 06:30 WIB.

LOGO PIPA
00
days
00
hours
00
minutes
00
seconds

Details

Topic: INI AKU UTUSLAH AKU
Hosted By: admin instructor
Start: Sun-09-24
Category: Conference, Development, Persekutuan Baru
Duration: 2 hours 0 minutes
Current Timezone: Asia/Jakarta

Note: Countdown time is shown based on your local timezone.