Ibadah Perjanjian Baru
Korban Syukur Dan Kekudusan
Sebab itu melalui Isa, hendaklah kita senantiasa mempersembahkan puji-pujian sebagai suatu kurban kepada Allah, yaitu ucapan mulut yang memuliakan nama-Nya. – Ibrani 13:15 (SB)
Seperti apa ibadah Perjanjian Baru? Apakah kedatangan Mesias yang dari Allah itu dalam tubuh manusia telah membaharui ibadah sebelumnya? Karena Allah itu kudus dan mulia, bagaimana manusia dapat datang kepada-Nya karena manusia penuh dosa dan kehinaan?
Pertanyaan-pertanyaan ini bisa muncul dalam benak setiap orang yang ingin beribadah kepada Allah sebagaimana yang Allah kehendaki.
Tetapi dalam kenyataannya, masing-masing orang telah menciptakan ibadahnya sendiri dan membuat aturan bagi kelompoknya tentang cara ibadah yang mereka sukai dan berharap cara itulah yang diterima Allah. Apakah masing-masing ibadah yang demikian dapat diterima Allah?
Dahulu kita semua diperhamba dalam berbagai kuasa dan kerajaan lain, sehingga ibadah kita pun menjadi ibadah yang tidak pasti. Para pembuat aturan ibadah menakut-nakuti pada pengikutnya agar mereka tidak sembarang berbicara dan menjaga kesucian mereka ketika sedang mendekati lokasi pengurbanan/persembahan. Kelihatannya ibadah yang seperti itu masih diteruskan karena sebagian menirunya dari Hukum Taurat dan sebagian lagi karena membuat hukumnya sendiri. Ibadah yang disertai kekudusan dalam Kerajaan Allah, tidaklah sama dengan ibadah dan kekudusan dalam kerajaan lain.
Perhatikan apa yang tertulis,
Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut. Sebab Allah kita adalah api yang menghanguskan. – Ibrani 12:28-29 (SB)
dan lagi,
“Tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.” – 1Ptr 1:15-16 (TB)
Selengkapnya, ikuti Forum Obrolan Renungan Baru (FORB) Sabtu, 25-Peb’23, pukul 18:30-19:30 WIB