Ibadah Yang Sempurna – #3 PERKATAAN (Mat 5:33-37)
CARA IBADAH YANG SEMPURNA MENURUT HUKUM INJIL DAN ROH
Masalah Sumpah
Kamu telah mendengar pula yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan. (ay 33)
Kata dan sumpah adalah kebiasaan yang dilakukan oleh nenek moyang kita untuk pembenaran diri dan pencitraan diri. Perkataan yang disertai dengan sumpah biasa dilakukuan oleh orang-orang yang tidak menguasai diri dalam berkata-kata. Telah tertulis demikian,
“Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi.” (Ams 10:19, TB)
Meskipun ada orang yang berkata bahwa dirinya bisa memegang apa yang dikatakannya, tetapi dasar hukum dari perkataan yang benar dan patut dipegang, bukanlah perkataan manusia, melainkan perkataan Allah saja (bd. Kej 3:17; Ul 23:21; 1Tes 2:13)
Manusia Tidak Memiliki Landasan Bersumpah
Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah, 35 maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Besar; Janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambutpun. (ay 34-36)
Manusia tidak memiliki dasar hukum untuk bersumpah, sebab manusia tidak memiliki kuasa apa pun atas Sorga, Bumi, Kerajaan Allah, bahkan atas dirinya sekali pun. Hanya Allah yang layak bersumpah, karena Dia sajalah yang benar, adil, penuh kuasa, penuh kasih dan hidup.
Ketika Allah berjanji kepada Ibrahim, Ia bersumpah demi diri-Nya sendiri, sebab tidak ada sesuatu pun yang lebih besar dari diri-Nya. (Ibrani 6:13, SB)
Setiap perkataan atau firman yang berasal dari Allah, selalu disertai dengan sumpah atau janji. Sumpah atau janji-Nya itu memperhadapkan manusia kepada hidup atau mati. Jika manusia menaati perintah-Nya, maka manusia itu beroleh janji kehidupan. Sebaliknya, jika manusia itu melanggar hukum-Nya, maka manusia itu pasti mati. (Kej 2:16-17)
Hanya Satu Bentuk Perkataan Yang Benar
Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat. (ay 37)
Injil adalah dasar dari segala perkataan yang benar. Karena itu, Jika benar, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Manusia tidak perlu berjuang meyakinkan sesamanya terhadap perkataannya, tetapi cukup menyampaikan perkataan yang berasal dari Allah, maka Ruh Allah yang membuat terang dalam hati orang percaya.
Sebaliknya, pemaksaan perkataan kepada sesama, hal itu berasalah dari keinginan manusia, sehingga disebut sebagai keinginan yang berasal dari si jahat.
Selengkapnya, ikuti PIPA (Pertemuan Ibadah Para Abdi), setiap Minggu, pukul 09:00 WIB.